Rabu, 08 Mei 2013

Park Ji Sung dan jus katak


      


Mungkin kalian tidak tahu, dulu, sebelum terkenal seperti sekarang ini, Park Ji Sung pernah menjadi anak yang lemah sebelum menjadi pemain bola yang tangguh. Begini ceritanya...... Ibu Ji menatap langit yang sudah hampir malam. Ji belum juga pulang, sementara anak - anak lain yang berlatih bersamanya tadi sudah pulang. Ibu Ji menyusulnya di lapangan. Ibu Ji sampai dilapangan itu dengan napas yang terengah - engah. Ada sosok anak kecil, kurus dan tampak ringkih sedang melakukan push - up. Itulah Ji, anaknya yang ia cari. Ji terus melakukan push - up meski mendengar ibunya datang. Ibu Ji tampak kasihan melihat anaknya yang kurus itu bersusah payah berlatih. Tangan Ji yang menopang tubuhnya selalu bergetar seakan tidak sanggup lagi melakukan push - up. "Ji!, ayo pulang, hari sudah malam", panggil Ibu Ji. Ji berhenti kemudian dia tersungkur lemas. Ibunya menghela napas, rasanya ingin menangis melihat anaknya yang tak mungkin bisa menjadi pemain sepak bola. Ji beranjak menuju ibunya, badannya berkeringat, tampak Ji sangat kelelahan. Mereka pulang ke rumah. 
        Sesampainya dirumah, ternyata ayah Ji telah menunggu dengan tak kalah cemas. "Ji, teman - temanmu sudah dari tadi pulang latihan, mengapa kau baru pulang ?" tanya ayahnya pelan. "Kau membuat kami cemas. Hari sudah malam", sambung ibunya. Ji menunduk mendekati ayahnya. "Kata pelatih Ji kurus dan lemah", jawab Ji pelan sekali. "Ji menambah latihan agar Ji tidak lemah dan kurus lagi". Ayah dan ibunya terharumendengar kata - kata Ji. Mereka berpandangan. "Kau suka sepak bola Ji ?", tanya ayahnya lagi. Ji mengangguk. Ayah Ji menghela napas panjang, kemudian mentap Ibu Ji dengan tatapan prihatin. "Pergi mandi, sehabis itu kita makan malam", seru ibunya. Ji menurut saja. Dia masuk dengan langkah gontai. "Apa kau tidak melihat bagaimana Ji dengan serius berlatih", kata Ibu Ji saat Ji sudah masuk ke dalam. "Saya sangat tahu keseriusan dia. Tapi, fisik Ji benar - benar lemah. Dia akan mati kehabisan napas di tengah lapangan jika memaksakan diri", balas ayah Ji. "Itulah, kita tidak mungkin menyuruhnya berhenti berlatih, Ji akan sedih.", sambung ibunya. Mereka berpikir keras untuk mencari solusi bagaimana agar Ji tetap bisa bermain sepak bola. Sebab keseriusan Ji dalam berlatih tidak main - main. "Mungkinkah kita kurang memberikan Ji makanan yang bergizi?" tanya ibunya. Ayah Ji diam dan terus berpikir. "Mungkin saya akan mencari pekerjaan di tempat pemotongan daging. Biar saya dapat beberapa daging terbaik untuk dimakan Ji. Agar dia tidak lemah seperti sekarang ini.", ucap ayah Ji. 
       Ayah Ji pun berhenti dari pekerjaannya yang lama dan bekerja ditempat pemotongan daging. Setiap pulang dari bekerja, ayah Ji membawa daging terbaik untuk dimakan Ji. Dengan lahap, Ji memakan semua daging yang disediakan ayah dan ibunya. Ji tahu, semua ini dilakukan untuk membuat dia menjadi kuat dan sanggup bermain sepak bola. Perlahan, mulai ada perkembangan terhadap tubuh Ji. Namun, itu belum cukup untuk membuat Ji memilki napas yang bagus saat bermain bola. Ji masih tetap sebagai pemain terkurus dan terlemah. Ji memang berbakat, dia memilki bakat, skill, juga kecepatan yang bagus tetapi, kondisi fisiknya yang lemah mempengaruhi permainannya. "Apa lagi yang harus kita lakukan?", tanya ibunya."Saya punya resep khusus untuk ini, besok kita ke peternakan katak", jawab ayahnya. "Untuk apa?", tanya ibu Ji terkejut. 
        Keesokan harinya Ayah Ji pulang dengan membawa beberapa katak dari peternakan katak. "Buat jus katak, lalu suruh Ji meminumnya!", seru Ayah Ji. "Ya, kau benar ini adalah ramuan untuk menambah tenaga!", kata Ibu Ji bersemangfat. Ibu Ji segera merebus katak itu, setelah direbus katak dibuat jus dan dihidangkan dalam mangkuk. "Ji, kemari!, ada jus yang enak", kata ibunya sambil membawa jus katak. Ji mendekati ibunya dan melihat kearah jus itu. Menurutnya warna jus itu aneh. "Jus ini akan membuatmu lebih kuat", kata Ayah Ji yang berada disampingnya. "Ini jus apa Bu?", tanya Ji. " Ini jus katak"."Hah, jus katak?", pekik Ji. Perut Ji serasa diputar - putar, kepalanya langsung pusing membayangkan jus katak itu. "Ayolah Ji jus ini bagus untukmu". Keinginan Ji untuk bermain bola sangat kuat, maka, Ji meminum jus itu dengan lahap. Walaupun harus menahan mual. Mulai saat itu, Ji meminum jus katak setiap hari, dan setiap hari pula dia menahan rasa mual. Namun, Ji akan melahap apa saja, asal itu bisa membuatnya bermain bola. 
        Saat Ji bertumbuh dewasa dan menjadi pemain sepak bola profesional, apa yang yang diberikan orang tuanya saat dia masih kecil sangat berguna baginya. Ji saat ini bermain sebagai winger di Manchester United. Jus katak membuat Ji seakan tak pernah lelah berlari. Ji bahkan dijuluki sebagai 'Si Tiga Paru - Paru' karena napasnya seakan tidak ada habisnya saat bermain bola.







  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar